Data Tahun 2008 : Penduduk = 133.512 jiwa; Kepadatan Penduduk = 903,33/Km2; Laki-laki = 69.427 jiwa; Perempuan 64.085 jiwa; Rasio Jenis Kelamin = 108; Laju Pertumbuhan = 3,58%; Angka Migrasi Masuk (ImR) = 74; Angka Migrasi Keluar (OmR) = 57; Angka Migrasi Netto(NmR) = 17; Angka Kelahiran Kasar (CBR) = 11; Rasio Anak Wanita (CWR) = 418; Angka Kematian Kasar (CDR) = 0; Usia Produktif Laki-Laki = 47.069 jiwa; Usia Produktif Perempuan = 42.023 jiwa; Melek Huruf Latin = 97,33%; Melek Huruf = 98,32%; Buta Huruf = 1,68; Angkatan Kerja(TPAK) = 55.238 jiwa; Bekerja (TKK) = 50.700 jiwa; Mencari Pekerjaan (TPT) = 4.538 jiwa

Rabu, September 17, 2008

Pemerintah Percepat Pembayaran Gaji PNS


Pemerintah memutuskan mempercepat pembayaran gaji PNS bulan Oktober 2008 berkaitan dengan hari raya Idul Fitri 1429 H yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008...."Saya minta kepada Dirjen Anggaran dan Dirjen Perbendaharaan untuk dapat membayarkan gaji PNS sebelum lebaran," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Menkeu menyatakan hal itu usai buka puasa bersama dan silahturahmi dengan wartawan di Gedung Djuanda Depkeu, Jakarta, Jumat malam.

Menkeu menyatakan, dirinya sudah memerintahkan kepada Dirjen Anggaran dan Dirjen Perbendaharaan agar membayarkan semua yang terkait dengan gaji pada tanggal 25 September 2008."Penyaluran dana ini termasuk transfer dana alokasi umum (DAU) kepada daerah-daerah yang di dalamnya juga termasuk gaji pegawai daerah," kata Menkeu.

Menghadapi lebaran 2008 ini, kata Menkeu, sejumlah daerah memang meminta agar penyaluran DAU dipercepat sehingga masyarakat dapat merayakan Idul Fitri. Permintaan itu misalnya datang dari Gubernur Sumatera Barat."Kami sudah konsultasikan kepada presiden mengenai percepatan pembayaran gaji ini dan Presiden setuju," kata Menkeu.Menkeu menyebutkan, dana yang akan dipercepat penyalurannya untuk pembayaran gaji dan DAU itu mencapai sekitar Rp18 triliun. ant/kp

Sumber:republika.co.id

Selengkapnya...

Selasa, September 16, 2008

Kota Bontang Dalam Angka 2008


Bontang Dalam Angka 2008, merupakan kelanjutan dari publikasi sebelumnya.
Terbitnya publikasi ini tidak lepas dari kerjasama semua instansi, baik pemerintah
maupun swasta, yang ada di Kota Bontang.


Publikasi ini memberikan gambaran umum Kota Bontang, yang berisi data-data mengenai keadaan :

  1. Geografi
  2. Iklim
  3. Pemerintahan
  4. Penduduk dan Angkatan Kerja
  5. Sosial
  6. Pertanian
  7. Industri
  8. Perdagangan
  9. Transportasi dan Komunikasi
  10. Keuangan dan Harga
  11. Konsumsi dan Pengeluaran
  12. Pendapatan Regional
Untuk file publikasinya silakan download disini
Selengkapnya...

Sabtu, September 13, 2008

PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Bontang Tahun 2001-2007


Publikasi ini memuat indikator makro ekonomi yang menyajikan selain ulasan singkat penghitungan PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, persentase distribusi, juga disajikan tabel-tabel NTB sektoral sampai pada PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku dan konstan.


Melalui publikasi ini, pembaca akan mendapatkan data perekonomian di Kota Bontang, antara lain :
1. Nilai PDRB
2. Pertumbuhan Ekonomi
3. Struktur Perekonomian
4. PDRB Perkapita
5. Pendapatan Regional Per Kapita

Untuk file publikasinya silakan download disini
Selengkapnya...

Selasa, September 09, 2008

Survei Angkatan Kerja Nasional 2008 (SAKERNAS08)

Salah satu sumber data mengenai ketenagakerjaan berasal dari pendataan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Pengumpulan data ketenagakerjaan pertama kali dilakukan pada tahun 1976. ...
Pada tahun 1986 - 1993 Sakernas dilaksanakan secara triwulanan. Dari tahun 1994 -2001 Sakernas dikumpulkan setiap bulan Agustus, dan tahun 2002-2004 selain dikumpulkan secara tahunan juga dikumpulkan secara triwulanan. Dengan semakin mendesaknya tuntutan data ketenagakerjaan, baik variasi, kontinuitas dan kemutakhiran serta didasarkan pada berbagai pertimbangan, maka mulai tahun 2005 sampai saat ini dilaksanakan secara semesteran, yaitu semester 1 bulan Februari dan Semester 2 bulan Agustus. Hasil Sakernas mulai tahun 2007 sudah dapat menyajikan data menurut kabupaten/kota.

Tujuan :

  • Kegiatan Sakernas Agustus 2008 menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan setiap semesteran.
  • Secara khusus diharapkan memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran serta perkembangannya dari tingkat kabupaten/kota

Jadual Kegiatan : Bulan Juli - Agustus 2008

Selengkapnya...

Data BPS Dinilai Tak Tepat


Data jumlah penduduk miskin yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dinilai tidak tepat. Juru bicara Serikat Pengacara Rakyat, Habiburokhman, menilai kriteria orang miskin yang digunakan lembaga ini rancu sehingga sekitar 30 persen orang miskin tidak masuk kriteria itu. BPS memiliki 14 kriteria orang miskin, antara lain tidak memiliki televisi, punya utang, lantai rumahnya terbuat dari tanah, dan masih memasak dengan kompor minyak. "Masak, orang miskin harus tidak punya TV," katanya kemarin.

Menurut dia, kriteria miskin adalah tidak mendapat makanan sehat atau tidak mendapat pakaian, kesehatan, dan pendidikan yang layak. Ia yakin, jika pemerintah menggunakan kriteria Bank Dunia, setidaknya ada 49,5 persen orang miskin dari sekitar 220 juta penduduk. Pada 2006, Bank Dunia menyebutkan jumlah orang miskin di Indonesia 49,5 persen jika dihitung berdasarkan jumlah penghasilan US$ 2 per hari atau sekitar Rp 18 ribu.

Habiburokhman berencana menggugat BPS dan Presiden ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin pekan depan. Mereka dinilai melakukan kejahatan statistik yang mengakibatkan masyarakat miskin kehilangan haknya. Mereka antara lain tidak memperoleh fasilitas dari program Bantuan Langsung Tunai, Jaminan Kesehatan Masyarakat, atau Kredit Usaha Rakyat.

Deputi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik, Arizal Ahnaf, mempersilakan bila ada yang mempersoalkan data lembaganya. Ia menambahkan, pihaknya berencana memperbarui 14 variabel kemiskinan pada September ini. "Akan kami tambah dua-tiga variabel untuk mempertajam kriteria miskin," ujarnya. AQIDA SWAMURTI | DIANING SARI

sumber : Korantempo.com

Selengkapnya...

Sensus Penduduk 2010, BPS Ajukan Anggaran Rp6 T


Badan Pusat Statistik (BPS) mengajukan anggaran sebesar Rp5-6 triliun untuk pelaksanaan sensus penduduk 2010. Sensus tersebut diharapkan menghasilkan data yang akurat untuk keperluan data pemerintah."Total anggaran itu untuk pembuatan detail dan pelaksanaan sensus penduduk," kata Sekretaris Utama BPS Subagio Dwijosumono, di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (21/8/2008).

Menurutnya, BPS telah mempersiapkan sensus tersebut di antaranya dengan mengadakan pelatihan bagi para pencacah di daerah pilot project.Kebutuhan pencacah untuk sensus penduduk 2010 sebanyak 450 ribu orang. Sementara sumber daya manusia (SDM) pencacah BPS hanya sekira 13 ribu orang.

"Semua mitra yang menjadi pencacah pasti dilatih dulu dan menggunakan pedoman yang baku. Mitra pencacah tersebar di seluruh Indonesia dari berbagai profesi, termasuk para mahasiswa," ujarnya.Data BPS mencatat, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan survai penduduk 2000 sebanyak 202 juta jiwa. Selain sensus penduduk, BPS akan melakukan sensus khusus setiap 10 tahun, yakni sensus ekonomi dan pertanian.

Sumber:okezone.com

Selengkapnya...

BPS Keluhkan Minimnya Dana Verifikasi Keluarga Miskin

Badan Pusat Statistik (BPS) menilai anggaran pendataan ulang rumah tangga miskin sebesar Rp 300 miliar yang dianggarkan oleh pemerintah sangat minim. Sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi prosedur kerja dari pengolahan data BPS. Hal ini disampaikan oleh Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS Winandi Imawan ketika dihubungi detikFinance, Kamis (21/8/2008).

"Dana yang disiapkan kira-kira Rp 300 miliar itu sangat minim yah, karena semua naik, sebenarnya berat. Sekarang kita nggak melakukan verifikasi, kalau dulu melakukan verifikasi karena dananya nggak ada," keluhnya.

Sebelumnya BPS mengajukan anggaran untuk program ini sebesar Rp 400 miliar namun yang dikabulkan oleh pemerintah hanya Rp 300 miliar. Anggaran itu antara lain digunakan untuk verifikasi Rumah Tangga Miskin untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai. Dana sebesar itu menurutnya sangat minim dan cekak, terlebih harus membayar honor bagi para tenaga outsourcing.

"Supaya nyaman yang kita ajukan itu Rp 400 miliar sekitar Rp 370 miliar, kita minta kepada pemerintah," katanya.

Dalam pendataan ulang keluarga miskin September nanti, BPS akan bekerjasama dengan aparat kecamatan termasuk ditingkat Rukun Tetangga (RT).

"Data yang 19,1 juta kita masukkan ke RT, yang jumlahya setingkat itu sebanyak 1,2 juta RT kita masukan, ini di luar di daerah yang elit seperti Pondok Indah, Menteng dan lainya," jelasnya.

Sumber:detik.com

Selengkapnya...

BPS Data Ulang Rumah Tangga Miskin Mulai 1 September

Badan Pusat Statistik (BPS) siap mengerahkan 70.000 petugasnya untuk mendata kembali rumah tangga miskin mulai 1 September 2008. Langkah ini bagian dari rencana BPS untuk melakukan update data keluarga miskin yang selama ini tercatat 19,1 juta rumah tangga.
Demikian disampaikan oleh Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS Winandi Imawan dalam percakapannya dengan detikFinance, Kamis (21/8/2008).

"Sekarang ini sampai tanggal 31 Agustus kita masih melakukan pelatihan bagi para petugas, nanti tanggal 1 September kita sudah mulai turun ke lapangan," kata Winandi.
Menurut Winandi pelaksanaan pendataan ini akan mengerahkan kurang lebih 70.000 petugas BPS, termasuk 3600 orang pegawai BPS sedangkan sisanya melalui tenaga outsourcing yang berada ditingkat kecamatan. Pelaksanaan pendataan akan berakhir pada tanggal 30 September 2008.

"Kita berharap hasil data ini sudah bisa keluar akhir tahun ini sehingga bisa dipakai untuk program-program pemerintah, BPS hanya menyediakan data saja," terangnya. Winandi memperkirakan bahwa pendataan yang akan dilakukan BPS nanti akan terkendala oleh persepsi masyarakat, bahwa pendataan ini untuk kepentingan program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Sumber:detik.com

Selengkapnya...

Penghematan Anggaran di Lingkungan BPS

Berkenaan dengan Instruksi Presiden RI Nomor 2 Tahun 2008 dan Surat Edaran Menteri Keuangan RI nomor : SE-783/MK.02/2008 tanggal 23 Juni 2008 diperlukan langkah-langkah penghematan anggaran di lingkungan BPS dengan cara gerakan hemat energi dan efesiensi anggaran

1. Pemakaian Listrik, Pendingin Ruangan, Air/PAM, Facsimili, Telepon, Internet, Komputer(PC), dan Peralatan Kantor Lainnya.

2. Penggunaan Kendaraan Dinas Lainnya.

3. Perjalan Dinas Dalam NEgeri dan Luar NEgeri.

4. Penyelenggaraaan Rapat Kerja/Seminar/Workshop/Konsinyering.

Selengkapnya...

SKB Hemat Energi Siap, Kantor yang Bandel Diberi Sanksi

Pemerintah akan menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait langkah-langkah penghematan energi. Sanksi mengintai bagi kantor-kantor yang tak mau hemat energi.

SKB ini akan ditandatangani oleh sejumlah menteri diantaranya Menperin, Menakertrans, Mendagri, Menteri ESDM dan Kadin.

"SKB ini bukan hanya akan mengatur penghematan pada gedung-gedung pemerintah, tapi pada semua langkah-langkah penghematan energi yang akan dilakukan," ujar Eddie Widiono, Sekretaris Timnas Hemat Energi dan Air.

Ia menyampaikan hal itu usai rapat di kantor Wapres, Jakarta, Kamis (3/7/2008). Rapat berlangsung sejak pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Menteri yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Menperin Fahmi Idris, Menakertrans Erman Soeparno, Menteri PU Djoko Kirmanto, Menhub Jusman Syafii Djamal, Menko Perekonomian sekaligus Menkeu Sri Mulyani, Menneg LH Rahmat Witoelar.

Dalam SKB ini termasuk didalamnya akan diatur tentang adanya inspektur yang akan melakukan pengawasan terhadap langkah-langkah penghematan energi.

"Kalau ada kantor yang tidak menerapkan penghematan energi akan diberi sanksi. Sebelumnya akan diumumkan di koran bahwa inilah perusahaan yang tidak melakukan penghematan," ujar Menperin Fahmi Idris.

Sumber: detikfinance.com

Selengkapnya...

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008 (SUSENAS08)

Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) mengumpulkan data yang menyangkut bidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumahtangga serta perjalanan.

Tujuan :

Susenas Juli 2008 secara umum bertujuan:

  • Tersedianya data tentang kesejahteraan masyarakat dalam hal pendidikan, kesehatan dan kemampuan daya beli.

Secara khusus tujuan pendataan tersebut adalah :

  1. Tersedianya data pokok tentang kesjahteraan rakyat yang sangat dibutuhkan untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi keberhasilan pembangunan.
  2. Tersedianya data rinci tentang kesejahteraan rumah tangga seperti pendidikan, kesehatan, fertilitas/KB, dan data kependudukan menurut golongan umur, jenis kelamin, dan status perkawinan.
  3. Dari hasil pendataan susenas juga diperoleh angka kemiskinan yang akan direlease pada bulan Februari 2009.

Pendataan :

Pendataan Susenas Juli 2008 menggunakan 2 (dua) jenis kuesioner pokok yaitu VSEN2008.K untuk pengumpulan data kor/inti dan kuesioner VSEN2008.M untuk pengumpulan data modul konsumsi.

Pendataan dilaksanakan dengan mengunjungi rumah tangga terpilih Susenas Juli 2008.

Selengkapnya...

Program Pendataan Layanan Sosial 2008 (PPLS08)

JADWAL KEGIATAN

BPS Kota Bontang mengadakan pelatihan petugas Pendataan Program Layanan Sosial 2008 (PPLS08) pada tanggal 30 Agustus 2008 di Hotel Manakara-Bontang. Kegiatan PPLS08 dijadualkan akan dimulai tanggal 1 s.d. 30 September 2008.

TUJUAN

Tujuan kegiatan Pendataan Program Layanan Sosial 2008 adalah:

1. Memperbaharui basis data rumah tangga sasaran, dengan cara:

  • Membuang data Rumah Tangga Sasaran penerima BLT 2005/2008 yang sudah meninggal dunia tanpa ahli waris.
  • Membuang data rumah-rumah tangga penerima BLT 2008 yang tidak layak sebagai sasaran program karena status ekonominya sudak tidak miskin lagi.
  • Memasukkan data rumah-rumah tangga sasaran baru, baik mereka adalah rumah tangga yang sebelumnya telah tercatat tetapi pindah tempat tinggal atau mereka yang belum pernah tercatat sama sekali.

2. Memperbaharui keterangan tentang kehidupan sosial ekonomi rumah tangga sasaran khususnya tentang kualitas tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan kepala rumah tangga.

3. Menambah data anggota rumah tangga sasaran dengan informasi nama, umur, jenis kelamin, status sekolah dan pekerjaan anggota rumah tangga dan informasi tambahan tentang kondisi perumahan.

SASARAN VERIFIKASI

  1. Seluruh rumah tangga penerima BLT 2008 dan usulan dari PT Pos
  2. Rumah tangga sasaran baru yang kondisi ekonomi rumah tangganya lebih buruk dari rumah tangga sasaran lolos verifikasi

KETENTUAN

Merupakan
bagian dari ketentuan Rumah Tangga Sasaran adalah:

  1. Rumah tangga yang memiliki sepeda motor tidak dikategorikan sebagai Rumah Tangga Sasaran
  2. Rumah tangga pensiunan PNS, POLRI dan TNI tidak dikategorikan sebagai rumah tangga sasaran
Selengkapnya...

Senin, September 08, 2008

Visi dan Misi

Visi BPS Kota Bontang adalah :

"BPS Kota Bontang Penyedia Statistik Berkualitas"

Misi BPS Kota Bontang adalah sebagai berikut :

a.

Menyediakan informasi statistik yang berkualitas: lengkap, akurat, relevan, mutakhir dan berkesinambungan.

b.

Meningkatkan upaya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan standardisasi kegiatan statistik dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif dan efisien; dan

c.

Meningkatkan kapasitas sumber daya secara optimal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mutakhir.

Selengkapnya...

Sejarah BPS

Masa Hindia Belanda
Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea & Cukai dan bernaung di bawah department Landbouw Nijverheid en Handel . Pada tanggal 24 September 1924 pusat kegiatan pindah dari Bogor ke Jakarta dengan nama Centraal Kantoor Voor de Statistiek (CKS)

Masa Pemerintahan Jepang
Tahun 1942-1945, CKS beralih ke pemerintahan militer Jepang, dan kegiatannya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang (data militer). Nama CKS diubah menjadi CHOSASITSU GUNSEIKANBU.

Masa Pemerintahan RI 1945-1965
Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 Chosasitsu Gunseikanbu diubah menjadi Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum (KAPPURI), dipimpin oleh Mr. Abdul Jarim Pringgodigdo. Pada awal 1946, KAPPURI pindah mengikuti pindahnya pusat pemerintahan RI ke Yogyakarta. Saat itu KAPPURI dipimpin oleh SEMAUN. Sedang oleh Pemerintah federal (Belanda) di Jakarta, CKS diaktifkan kembali. Berdasarkan surat edaran Kementrian Kemakmuran No. 219/SC, tanggal 12 Juni 1950, Chosasitsu Gunseikanbu dan KAPPURI dilebur menjadi satu dengan nama Kantor Pusat Statistik (KPS) dan bernaung di bawah Kementrian Kemakmuran. Pada tanggal 1 Juli 1957 dengan surat Keputusan Presiden RI No. 172/1957, KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik (BPS) dan langsung di bawah Perdana Menteri. Tahun 1961, BPS menyelenggarakan sensus penduduk yang pertama sejak masa kemerdekaan. Di tiap-tiap Kantor Gubernur (Propinsi), Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan deibentuk bagian yang mengurus pelaksanaan sensus penduduk. Pada tahun 1965, dengan Keputusan Presidium Kabinet No. Aa/C/9 Bagian sensus di tiap Kantor Gubernur dan Kabupaten/Kotamadya tersebut ditetapkan menjadi Kantor Sensus dan Statistik.

Masa Pemerintahan RI 1966-Sekarang
Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1968, yang mengatur Organisasi dan Tata Kerja BPS (di pusat dan daerah-daerah). Pada tahun 1980, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1980, tentang Organisasi BPS sebagai pengganti PP No. 16/1968. Berdasarkan PP No. 6/1980 di tiap propinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama Kantor Statistik Propinsi, dan di tiap Kabupaten/Kotamadya terdapat Cabang Perwakilan BPS dengan nama Kantor Statistik Kabupaten/Kotamadya. Tahun 1992, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1992, tentang Organisasi BPS sebagai pengganti PP no. 6/1980. Kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Biro Pusat Statistik selanjutnya diatur dengan Keputusan Presiden. Pada tanggal 26 September 1997 dengan Undang-undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik, Biro Pusat Statistik diubah menjadi “Badan Pusat Statistik” dan sekaligus tanggal 26 September ditetapkan sebagai “HARI STATISTIK”. Tahun 1998, ditetapkan Keputusan Presiden No. 86 tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik. Berdasarkan KEPPRES tersebut Perwakilan BPS di daerah adalah instansi vertical dengan nama BPS Propinsi, BPS Kabupaten dan BPS Kotamadya. Tahun 2001, ditetapkan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND). Salah satu LPND adalah Badan Pusat Statistik. Pada tahun 2001, ditetapkan Kepala Badan Pusat Statistik No. 121 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata KErja Perwakilan BPS di daerah. Perwakilan BPS di daerah terdiri dari BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Berdasarkan Keputusan Kepala BPS No. 121 tahun 2001 organisasi BPS Propinsi terdiri dari Kepala, Bagian Tata Usaha, Bidang Statistik Sosial, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statistik Distribusi, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Selengkapnya...